Pantai Sekoci Kolo dan Cara Sederhana Menikmatinya

by - November 14, 2020

 

Pantai Sekoci Kolo Felicia Lantika


“Laut itu, Asmara, tak hanya terdiri dari ikan cantik dan kuda laut, tetapi juga pada masanya ada badai dan ombak besar yang hanya bisa dijinakkan oleh tembang merdu para nelayan."
― Leila S. Chudori, Laut Bercerita

Matahari sudah mulai meninggi, saat saya sedang berkeliling mengecek ruangan ganti. Di depan ruang ganti terdapat kotak dengan tulisan bayar 2.000.

Saya sedang berpikir untuk membayar atau tidak. Karena penjaganya pun tak ada. Air di ruang bilas pun tak jalan. Yang tentunya sudah diperkirakan, jika saya main air maka jangan harap bisa membilas badan.

Saya kembali duduk bersama kawan seperjalanan. Mereka masih menunggu makanan yang hingga kini belum datang. Ikan bakar + sayur + nasi + kelapa + aqua botol yang totalnya dibayar dengan uang 160.000.

Pantai sekoci namanya. Terletak di kolo, salah satu daerah yang terletak di kecamatan Asakota. Kolo terkenal dengan beragam wisata baharinya. Rasanya sangat mudah untuk menemukan tempat wisata. Tinggal pilih saja salah satu. 

Kalau tempat wisata yang sudah ada terlalu ramai buatmu, kamu bisa pilih daerah sepi di sepanjang jalan. Gelar tikar, duduk bersama kawan, lalu memerhatikan debur ombak. That’s it.  The real time of happines.

Waktu Tempuh dan Spot Favorit

Perjalanan ke Pantai Sekoci bisa ditempuh dengan perjalanan darat tentunya. Bisa dengan mobil atau motor dengan jarak tempuh kurang lebih satu jam dari pusat Kota Bima.

Jalanannya cenderung berkelok dan mendaki. Tapi kondisi jalan sangat baik. Pastikan kondisi kendaraanmu dalam keadaan prima.

Di sepanjang perjalanan, kamu akan disuguhkan dengan pemandangan alam yang apik. Matahari yang menyengat dan aroma tanaman liar akan menemani perjalananmu.

Di sepanjang jalan, saya punya dua spot favorit. Pertama, daerah dekat posko pemeriksaan covid Kolo yang nampaknya kini sudah tidak berjalan. Pemandangannya mirip seperti pulau yang ada di uang kertas seribuan.

Kedua, pemandangan di sekitar PLTU Bonto. Megahnya dinding biru PLTU dan birunya lautan Kolo menciptakan pemandangan seirama yang sangat pas diabadikan dalam bentuk gambar.

Tipe Pengunjung

Jika saya perhatikan, ada tiga tipe pengunjung berdasarkan waktu kedatangannya di Pantai Sekoci. Pertama, pengunjung yang datang pagi dan pulang saat jam dua belas siang. Kedua, pengunjung yang datang di siang hari dan pulang di sore hari. Ketiga, pengunjung yang datang tak terlalu pagi dan pulang tak terlalu sore.

Tempat Berteduh

Ada dua pilihan tempat berteduh yang bisa kamu pilih. Ada salaja atau dalam bahasa Indonesianya gubuk, lalu ada sarangge yang artinya serambi. Untuk sarangge terletak di bawah pohon yang cukup rindang jadi tak perlu khawatir kepanasan. 

Jika kamu tak ingin repot membawa bekal dari rumah, kamu bisa memesan langsung ke warung yang tersedia. Jika tak suka pilihan makanan yang ada, kamu bisa beralih ke mas-mas yang biasanya mampir untuk menjajakan salome. Salah satu olahan daging dari bima yang digemari hampir semua kalangan. Jika kamu bingung, salome itu mirip dengan somay yang ada di tanah jawa.

Cara Menikmati Pantai Sekoci

Oh ya, jika kamu makhluk yang suka main air tapi nggak bisa berenang. Yuk tos. Kita sama. Tapi bukan berarti laut tidak bisa dinikmati dengan cara yang berbeda bukan?

Biasanya saya cukup duduk di pinggir dan membiarkan laut datang menghempaskan gelombangnya. Oh ya, saya lupa bilang, Pantai Sekoci bukan tipe pantai yang pinggirannya berpasir, pinggirannya lebih banyak bebatuan. Jika kamu berangan-angan untuk membangun istana berpasir. Kamu salah tempat.

Dibanding itu, kamu bisa bermain susun batu atau seni menyeimbangkan batu atau rock balancing yang efeknya bisa nenangin pikiran. Atau siapa tahu pulang-pulang kamu bisa jadi seniman penyeimbang batu popular seperti Michael Grab. Ya kan? Siapa tahu.


Seni menyeimbangkan batu pantai kolo bima


Jika kamu suka foto-foto atau anak-anak instagram yang nyari spot foto kece badai, biar saya beri saran.

Berdirilah menghadap laut lalu berjalanlah ke arah kiri. Nah diujung sana kamu bakal ngeliat batu karang. Ada yang berbentuk datar mirip sekoci. Nah kamu bisa foto disitu, terserah dengan gaya apa. Ingat, hati-hati melangkah. Karangnya licin. Jangan sampai cuma karena foto nyawa menghilang.

Sekian dulu untuk perjalanan pantai sekocinya. Di lain waktu saya akan bercerita mengenai laut antah berantah. Diamanakah itu? Stay tune bersama Felicia Latinka.

Oh ya, jika kamu penasaran bagaimana awal mula perjalanan ini bisa dimulai, boleh baca artikel Awal Mula Perjalanan.


You May Also Like

7 comments

  1. Pantai memang selalu asyik
    Jadi kangen mantai hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak, apa lagi ditemani sama teman yang juga sama asiknya. Terima kasih sudah mampir membaca kak.

      Hapus
  2. wah seru banget,bagus juga pantainya bersih biru gitu. semoga aku bisa main kesana. aamin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamin kak, semoga bisa ke pantai sekoci juga. Terima kasih sudah mampir membaca.

      Hapus
  3. Hi mbak Felicia, salam kenal 😊

    Seru sekali baca artikel tentang pantai disaat terjebak di ibu kota saat pandemi Covid ini.
    Melihat foto-foto dan ceritanya, leyeh-leyeh di pantai Sekoci pasti enak banget ditemani es jeruk/es kalapa muda 🤤
    Jadi ngga sabar untuk berpergian ke pantai lagi, tentunya setelah pandemi Covid ini mereda hehe.
    Terima kasih mbak cerita perjalanannya 💕

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi juga kak akmarina. Kalau aku lebih milih es kelapa, eh tapi jangan lupa bayar.
      Semoga pandemi bisa cepat berlalu, kangen bisa liburan tanpa harus pake masker dan jaga jarak. Terima kasih sudah membaca kak Aqmarina

      Hapus
  4. Hy mbak felicia slm kenal 😎

    Pantai itu dimna mbak ya ? Jadi penasaraaaan

    BalasHapus