Me Time Sederhana di Jalanan Sambinae
Tiga
minggu, waktu yang gue pakai cuma buat makan, kerja, nonton, tidur.
Diwaktu
lainnya, ini adalah bulan kedua gue tidak menjejakan kaki keluar dari peta
hidup gue yang hanya selalu soal rumah, kantor, rumah, kantor. Gitu saja terus,
sampai penat gue sudah di puncak kepala.
Dan
batasnya, ada di minggu kemarin, gue merindukan waktu me time untuk diri
gue sendiri
Meski kamar
dan selimut terlihat memanggil-manggil untuk kembali meringkuk. Tapi janji pada
diri sendiri harus tetap ditepati. Right?
Gue
mengepak barang yang gue perlukan. Sebotol air minum, sebungkus Nextar rasa
nanas yang selalu jadi snack favorit gue, dan sebuah buku sebagai bahan bacaan
nantinya.
Gue
berangkat tepat saat matahari mulai meninggi.
Waktu dan Alasan Untuk Me Time
Sebenarnya
moment me time atau waktu untuk diri sendiri, nggak selalu terjadi
ketika lagi banyak pikiran atau lagi ada masalah. Kadang ketika lagi
bahagia-bahagianya, gue bisa memutuskan untuk menepi dan merayakannya seorang
diri.
Justru
ketika lagi banyak pikiran gue lebih sering banyak diam, dan jalan satu-satunya
adalah dengan bercerita. Itulah mengapa kehilangan teman cerita, sangat
mempengaruhi hidup gue.
Keputusan
buat me time terkadang nggak punya waktu pastinya. Bisa sebulan sekali,
sekali dalam tiga bulan, sekali dalam seminggu, atau sekali dalam setahun, atau
waktu-waktu lainnya. Random.
Me time,
buat gue pribadi sangat-sangat penting. Karna dengan me time gue bisa
menyegarkan kembali pikiran. Bisa ngejernihin kembali pikiran yang lagi kusut. Bisa
ngelihat masalah dari sisi yang sebelumnya nggak gue pikirkan. Dan bisa bikin
tambah bahagia karena gue lakukan buat diri sendiri.
Lagu yang Mewakilkan
Sebagai
orang yang ngerasa hidupnya banyak diwakilkan oleh lagu-lagu diluaran sana, Gue
bisa merasa sangat bahagia ketika lagu yang gue dengar, mewakilkan apa
yang sedang terjadi di hidup gue kala itu.
Nah, untuk
urusan Me Time, gue punya dua lagu yang cukup mewakilkan. Yang kedua lagunya
dinyanyikan oleh penyanyi favorit gue, Tulus.
Lagu
pertama yang mewakilkan keputusan untuk me time adalah lagu Tanggal Merah dari
Tulus. Dalam lirik lagunya, tergambar dengan jelas perasaan bahagia saat me
time.
Hanya kamu dan dirimu
Menikmati tanah yang kau injak
Memandangi langit yang kau junjung
Walau tanpa tujuan takkan tersesat
Ini waktumu dengan dirimu, ayo bebaslah
Satu hari, cukup
hanya kamu dan dirimu. Berjalan kemana pun tanpa tujuan. Dan itu yang selalu
gue lakukan. Memacu motor, melewati jalanan, memperhatikan apa saja yang selama
ini luput dari pandangan.
Bangunan,
manusia, kucing liar, sawah, sekolahan, jalanan aspal, dan lainnya.
Terkadang,
gue jadi ketemu tempat baru yang malah jadi tempat favorit gue. Atau buat yang
suka kulineran, bisa ketemu warung enak yang masih jarang direkomendasikan
orang.
Masih dari
daftar lagu Tulus, lagu Ruang Sendiri juga layak didengar saat me time.
Beri aku kesempatan tuk bisa merindukanmu
Jangan datang terus
Beri juga aku ruang bebas dan sendiri
Jangan ada terus
Lagu ruang
sendiri, ngajarin gue soal betapa pentingnya ruang sendiri meski sudah punya
pasangan. Tapi tentunya, hal ini harus dikomunikasikan terlebih dahulu, biar
nggak terjadi salah paham dikemudian hari.
Tempat Pilihan Me Time di Sekitar Jalanan Bima
Bicara soal
pilihan tempat me time, gue rasa nggak ada satu tempat yang selalu jadi
tujuan gue, selalu berubah. Tapi satu yang pasti, gue menghindari tempat-tempat
yang ramai pengunjung.
Jadi, Pantai
Amahami nggak bakal jadi pilihan tempat gue buat me time di akhir minggu. Kenapa?
Karna pengunjungnya ramai banget.
Meski
tempat me time gue selalu berubah-ubah, tapi gue punya dua tempat yang gue
kunjungi lebih dari sekali. Keduanya punya ciri yang sama, punya kursi berbatu.
Tentu saja
saat me time, gue akan lebih banyak duduk dan kursi batu jadi pilihannya.
Kursi Kosong di Sekitar Jalanan Sambinae
Kalau
urusan me time, gue rasa Sambinae selalu jadi tempat yang cocok. Gue suka
tatanan jalannya dan pohon yang banyak berjejer di sepanjang jalanannya. Terasa
lebih rindang. Di tambah, volume kendaraan yang lewat juga masih sedikit.
Kalau pagi,
biasa banyak juga yang lari-lari pagi, meski nggak sebanyak yang lari pagi di
jalanan kota.
Biasanya
gue duduk di situ sambil menikmati penampakan sawah, lanjut baca buku, atau
ngamatin pengendara yang lagi lewat. Yang kadang pengendaranya balik ngeliat
karna aneh ngeliat perempuan duduk sendiri di kursi kosong pinggir jalan.
Kursi Tepi Laut
Nah, kalau jalanan
di Sambinae lebih banyak nyuguhin pemandangan sawah dan gunung, kursi batu yang
letaknya dekat dengan pantai Lawata, menyuguhkan pemandangan laut yang airnya
tenang saat masih pagi.
Sayangnya kondisi
kursi yang sudah mulai retak dan miring ke laut membuat gue tak lagi
menjadikannya sebagai tempat tujuan untuk me time.
Gue kembali
mengarahkan motor melewati jalanan kota.
Akan
kemanakah selanjutnya? gue pun masih nggak tahu, akan berhenti di tempat yang
mana, yang jelas gue terus berjalan.
0 comments