Me Time Sederhana di Jalanan Sambinae

by - Agustus 13, 2021

Ilustrasi wanita yang merayakan me time (Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels)

Tiga minggu, waktu yang gue pakai cuma buat makan, kerja, nonton, tidur.

Diwaktu lainnya, ini adalah bulan kedua gue tidak menjejakan kaki keluar dari peta hidup gue yang hanya selalu soal rumah, kantor, rumah, kantor. Gitu saja terus, sampai penat gue sudah di puncak kepala.

Dan batasnya, ada di minggu kemarin, gue merindukan waktu me time untuk diri gue sendiri

Meski kamar dan selimut terlihat memanggil-manggil untuk kembali meringkuk. Tapi janji pada diri sendiri harus tetap ditepati. Right?

Gue mengepak barang yang gue perlukan. Sebotol air minum, sebungkus Nextar rasa nanas yang selalu jadi snack favorit gue, dan sebuah buku sebagai bahan bacaan nantinya.

Gue berangkat tepat saat matahari mulai meninggi.

Waktu dan Alasan Untuk Me Time

Sebenarnya moment me time atau waktu untuk diri sendiri, nggak selalu terjadi ketika lagi banyak pikiran atau lagi ada masalah. Kadang ketika lagi bahagia-bahagianya, gue bisa memutuskan untuk menepi dan merayakannya seorang diri.

Justru ketika lagi banyak pikiran gue lebih sering banyak diam, dan jalan satu-satunya adalah dengan bercerita. Itulah mengapa kehilangan teman cerita, sangat mempengaruhi hidup gue.

Keputusan buat me time terkadang nggak punya waktu pastinya. Bisa sebulan sekali, sekali dalam tiga bulan, sekali dalam seminggu, atau sekali dalam setahun, atau waktu-waktu lainnya. Random.

Me time, buat gue pribadi sangat-sangat penting. Karna dengan me time gue bisa menyegarkan kembali pikiran. Bisa ngejernihin kembali pikiran yang lagi kusut. Bisa ngelihat masalah dari sisi yang sebelumnya nggak gue pikirkan. Dan bisa bikin tambah bahagia karena gue lakukan buat diri sendiri.

Lagu yang Mewakilkan

Sebagai orang yang ngerasa hidupnya banyak diwakilkan oleh lagu-lagu diluaran sana, Gue bisa merasa sangat bahagia ketika lagu yang gue dengar, mewakilkan apa yang sedang terjadi di hidup gue kala itu.

Nah, untuk urusan Me Time, gue punya dua lagu yang cukup mewakilkan. Yang kedua lagunya dinyanyikan oleh penyanyi favorit gue, Tulus.

Lagu pertama yang mewakilkan keputusan untuk me time adalah lagu Tanggal Merah dari Tulus. Dalam lirik lagunya, tergambar dengan jelas perasaan bahagia saat me time.

Satu hari
Hanya kamu dan dirimu
Menikmati tanah yang kau injak
Memandangi langit yang kau junjung

 

Berjalan terus berjalan, kaki berjalan
Walau tanpa tujuan takkan tersesat
Ini waktumu dengan dirimu, ayo bebaslah

 

Satu hari, cukup hanya kamu dan dirimu. Berjalan kemana pun tanpa tujuan. Dan itu yang selalu gue lakukan. Memacu motor, melewati jalanan, memperhatikan apa saja yang selama ini luput dari pandangan.

Bangunan, manusia, kucing liar, sawah, sekolahan, jalanan aspal, dan lainnya.

Terkadang, gue jadi ketemu tempat baru yang malah jadi tempat favorit gue. Atau buat yang suka kulineran, bisa ketemu warung enak yang masih jarang direkomendasikan orang.

Masih dari daftar lagu Tulus, lagu Ruang Sendiri juga layak didengar saat me time.

Beri aku kesempatan tuk bisa merindukanmu

Jangan datang terus

Beri juga aku ruang bebas dan sendiri

Jangan ada terus

 

Lagu ruang sendiri, ngajarin gue soal betapa pentingnya ruang sendiri meski sudah punya pasangan. Tapi tentunya, hal ini harus dikomunikasikan terlebih dahulu, biar nggak terjadi salah paham dikemudian hari.

Tempat Pilihan Me Time di Sekitar Jalanan Bima

Bicara soal pilihan tempat me time, gue rasa nggak ada satu tempat yang selalu jadi tujuan gue, selalu berubah. Tapi satu yang pasti, gue menghindari tempat-tempat yang ramai pengunjung.

Jadi, Pantai Amahami nggak bakal jadi pilihan tempat gue buat me time di akhir minggu. Kenapa? Karna pengunjungnya ramai banget.

Meski tempat me time gue selalu berubah-ubah, tapi gue punya dua tempat yang gue kunjungi lebih dari sekali. Keduanya punya ciri yang sama, punya kursi berbatu.

Tentu saja saat me time, gue akan lebih banyak duduk dan kursi batu jadi pilihannya.

Kursi Kosong di Sekitar Jalanan Sambinae

Kursi batu di sekitar jalanan sambinae yang cocok untuk me time

Kalau urusan me time, gue rasa Sambinae selalu jadi tempat yang cocok. Gue suka tatanan jalannya dan pohon yang banyak berjejer di sepanjang jalanannya. Terasa lebih rindang. Di tambah, volume kendaraan yang lewat juga masih sedikit.

Kalau pagi, biasa banyak juga yang lari-lari pagi, meski nggak sebanyak yang lari pagi di jalanan kota.

Biasanya gue duduk di situ sambil menikmati penampakan sawah, lanjut baca buku, atau ngamatin pengendara yang lagi lewat. Yang kadang pengendaranya balik ngeliat karna aneh ngeliat perempuan duduk sendiri di kursi kosong pinggir jalan.

Kursi Tepi Laut

Kursi di sekitar jalanan menuju pantai lawata yang kondisinya kini sudah mulai retak (Felicia Latinka)

Nah, kalau jalanan di Sambinae lebih banyak nyuguhin pemandangan sawah dan gunung, kursi batu yang letaknya dekat dengan pantai Lawata, menyuguhkan pemandangan laut yang airnya tenang saat masih pagi.

Sayangnya kondisi kursi yang sudah mulai retak dan miring ke laut membuat gue tak lagi menjadikannya sebagai tempat tujuan untuk me time.

Gue kembali mengarahkan motor melewati jalanan kota.

Akan kemanakah selanjutnya? gue pun masih nggak tahu, akan berhenti di tempat yang mana, yang jelas gue terus berjalan.

 

 

You May Also Like

0 comments