Menikmati Air Terjun Oi Marai Di Kaki Gunung Tambora

by - Agustus 17, 2021

Air Terjun Oi Marai di Kaki Gunung Tambora


Matahari sudah teramat terik saat rombongan kami melintasi jalanan Tambora menuju air terjun Oi Marai Tambora.

Yup, untuk perjalanan kali ini, saya tak berani untuk berpetualang berdua saja, perjalanannya terlalu jauh, memakan waktu kurang lebih 6 jam perjalanan ditempuh dari pusat Kota bima.

Melewati Sila, Dompu, Kempo, Sanggar, Piong dan nama-nama daerah lainnya yang sudah tak mampu saya hafal.

Padang Savana Yang Membentang Di Sepanjang Jalan Tambora

Padang Savana di Jalanan Tambora
Padang savana yang menghampar luas di sekitar jalanan Tambora

Padang savana yang menurut beberapa sumber memiliki luas lebih dari 2.000 ha. Membentang luas disepanjang perjalanan.

Rasa-rasanya seperti menonton kartun Oscar’s Oasis versi live tanpa pemeran utama.

Savana sendiri merupakan daerah vegetasi padang rumput yang ditumbuhi pohon atau sekelompok pohon dengan jarak yang terpencar-pencar.

Karena luasnya padang savana, menjadikannya banyak digunakan sebagai padang gembalaan. Sehingga akan banyak kita temui hewan ternak seperti kambing dan sapi yang di ternak dengan sistem lepas liar.

Tak jarang saat melintasi jalanan tambora, kambing dan sapi akan kita temui sedang menyebrang atau berjalan berkelompok. Jadi harap berhati-hati ya saat memacu kendaraan.

Meski dilepas liar, ternak yang ada sudah diberi tanda oleh si pemilik sehingga tidak akan tertukar dengan hewan ternak lainnya.

Hampir 80% kebutuhan sapi dan kerbau sumbawa di suplai dari daerah Tambora. Biasanya para pembeli datang dari Kabupaten Bima, Dompu, atau pun dari luar pulau Sumbawa membeli langsung hewan ternak yang ada di Tambora.

Letusan Tambora Yang Akan Selalu Dikenang Dunia

Gunung Tambora (Sumber : Facebook Balai Taman Nasional Tambora)

Dari sisi jalan lainnya, Gunung Tambora berdiri menjulang tinggi dengan gagahnya.

Tambora yang awalnya memiliki ketinggian 4200 meter, sempat menjadikannya ada dijajaran salah satu gunung tertinggi di Indonesia, sebelum akhirnya meletus pada bulan April 1815 yang tingginya kini menjadi 2851 meter dari permukaan laut.

Tambora kehilangan hampir separuh tinggi dan volumenya. Ledakan Tambora menyisakan lingkar kaldera berdiameter 7-8 kilometer dengan kedalaman mencapai 1 kilometer.

Meski Tambora terletak di Pulau Sumbawa, yang dimana Sumbawa sendiri hanya sebuah pulau kecil dalam peta. Keberadaannya hampir tak banyak disebut.

Namun siapa sangka, letusan Tambora justru masuk dalam jajaran letusan gunung berapi paling berbahaya dan paling berpengaruh dalam sejarah dunia karena tidak hanya berdampak pada masyarakat lokal namun juga masyarakat global.

Letusan Tambora dikatakan lebih besar empat kali lipat dibanding letusan Krakatau pada 27 Agustus 1883.

Abu vulkanik dari letusan gunung Tambora menyebabkan Sumbawa, Lombok, Bali, Madura dan sebagian Jawa Timur gelap gulita selama tiga hari. Sehingga membuat masyarakat menyalakan lilin meski disiang hari atau sebenarnya pagi dan malam hampir tak bisa dibedakan karena sama gelapnya.

Menurut beberapa sumber, suara dentuman meletusnya gunung tambora diperkirakan juga terdengar hingga Sumatera.

Saya nggak bisa bayangin seberapa besarnya suara ledakan tambora, saat meletus, dulunya.

Setelah Tambora meletus, bencana selanjutnya menunggu.

Kelaparan terjadi di seluruh wilayah Sumbawa. Banyak lahan yang gagal panen, sumber pangan hilang dan hewan ternak pun banyak yang mati. Air tercemar karena bercampur dengan abu vulkanik.

Kala itu, suami rela menjual anak dan istrinya hanya untuk ditukarkan dengan sejumlah pangan. Emas, perak, tembaga, keris, dan harta lainnya di jual murah.  Penduduk yang miskin hanya bisa mengonsumsi dedaunan seperti sirih hingga keakar-akarnya. Namun banyak juga yang meninggal, karena memakan daun ubi beracun.

Tidak hanya di Sumbawa, beberapa wilayah di Nusantara pun ikut gagal panen dikarenakan tidak adanya matahari karena tertutup oleh abu vulkanik.

Tak cukup disitu, letusan Tambora juga menyebabkan anomali iklim dalam kurun waktu dua atau tiga tahun setelahnya.

Hal ini dikarenakan atmosfer bumi yang dipenuhi oleh sulphuric acid atau asam sulfat yang dilontarkan oleh letusan Gunung Tambora. Asam sulfat menyerap dan memantulkan kembali sinar matahari dan juga menyerap panas dari bumi.

Sehingga terjadi pemanasan di atmosfer namun pendinginan di bawah atmosfer bumi yang menyebabkan iklim global terganggu. Berbagai musim diberagam bagian bumi mengalami penyimpangan dari biasanya.

Dan pada akhirnya terjadi gagal panen di beberapa negara yang menyebabkan harga bahan pokok meningkat tajam. Angka kejahatan meningkat karena terbatasnya pangan.

Daya beli masyarakat menurun. Banyak masyarakat kelas menengah yang jatuh miskin.

Letusan Tambora memberikan dampak langsung berupa kerusakan lingkungan, kematian berbagai mahluk hidup, kekeringan, kelaparan, dan munculnya bergam penyakit. Dan juga memberikan dampak tidak langsung pada kondisi ekonomi, sosial, dan politik. Meskipun lokasi yang berdampak jauh dari pusat letusan Tambora di Sumbawa, Indonesia.

Biodiversitas Flora dan Fauna Di Taman Nasional Tambora

Elang Flores yang ada di Gunung Tambora (Sumber : Facebook Balai Taman Nasional Tambora)

Selama perjalanan menuju Oi Marai Tambora, kita juga akan bertemu dengan Taman Nasional Gunung Tambora yang menyimpan biodiversitas flora dan fauna yang begitu beragam.

Pada pertengahan April 2015 dilakukan ekspedisi di gunung tambora untuk mendata dan membandingkan keanekaragamanan flora, fauna dan mikroba yang ada di gunung tambora.

Bertotal 48 orang, yang dimana 16 di antaranya merupakan peneliti dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) yang terdiri dari 7 orang bidang flora, 7 orang bidang fauna dan 2 orang bidang mikroba.

Ekspedisi juga melibatkan 19 orang warga desa dari Kawinda To’i, dimana warganya dikenal sebagai pencari madu di Hutan Tambora. 

Dari hasil ekspedisi tambora, didapatkan :

·       46 jenis spesies burung,

·       21 spesies reptile,

·       4 spesies amfibi dari berbagi marga,

·  10 spesies mamalia yang terdiri dari 3 spesies kelelawar, 3 spesies tikus, 1 spesies primata, 1 spesies musang dan beberapa mamalia lain seperti babi dan rusa yang banyak ditemukan melintas di jalan.

·  Sedangkan kelompok kerabat kalajengking,kalacemeti dan laba-laba ditemukan sedikitnya sepuluh spesies.

·       Kelompok serangga seperti kupu-kupu malam tercatat sedikitnya 230 spesies

·    Kelompok Tawon sedikitnya ditemukan 27 spesies dan dua spesies lebah madu yang sangat potensial nilai ekonominya. 

Selain itu, juga terdapat burung migrant seperti Merops ornatus, Hirundo rustica, Apus pasificus, dan  Tringa hypoleucos.

Disamping itu, terdapat sebanyak 6 jenis burung endemik Nusa Tenggara tercatat menghuni kawasan Gunung Tambora seperti Caridonax fulgidus dan Otus silvicola.

Dan masih banyak keragaman fauna yang versi lengkapnya dapat dibaca di jurnal lengkap Ekpedisi Tambora.

Dari keanekaragaman flora, ekspedisi tambora menemukan total sebanyak 393 spesimen. Hasil identifikasi menunjukkan terdapat 207 jenis tumbuhan tingkat tinggi dan 56 jenis paku-pakuan, dan teridentifikasi 16 jenis lumut dan 9 jenis jamur.

Tentu keberagaman flora dan fauna yang ada di gunung tambora sangat menarik untuk dikunjungi baik bagi wisatan lokal maupun mancanegara.  

Selain dari hasil penelitian tersebut kita juga masih bisa menikmati beragam fauna dan flora yang ada di akun sosial media Balai Taman Nasional Tambora yang banyak menyajikan cerita dari gunung tambora.

Menikmati Air Terjun Oi Marai Di Kaki Gunung Tambora

Air Terjun Oi Marai di kaki gunung Tambora

Sebagai pecinta air terjun, tentu yang menjadi tujuan utama perjalanan saya kali ini adalah Air tejun Oi Marai.

Jalur perjalanan yang terasa seperti tidak berujung ini membuat saya teringat akan lagu Taylor Swift yang  berjudul Out of The woods. Apakah kita sudah dekat? Apakah kita sudah sampai?

Tak terbayang senangnya saya, Ketika akhirnya melihat gerbang masuk bertuliskan Selamat Datang di Wisata Air Terjun Oi Marai.

Masih ada jalanan berbatu dan berpasir yang harus di lewati sampai akhirnya sampai di parkiran air terjun Oi Marai dengan membayar tiket 10.000/motor dan 20.000/mobil.

Belum, perjalanannya belum selesai, rombongan masih perlu berjalan kaki kurang lebih 5 menit untuk sampai ke stan pembelian karcis masuk air terjun Oi Marai yang dibayar 7.500/orang.

Dari sini rombongan diperingatkan untuk selalu menjaga kebersihan tempat wisata dengan tidak membuang sampah di sepanjang perjalanan menuju air terjun Oi Marai.

Bekal makanan yang dibawa dipersilahkan untuk dinikmati di baruga yang telah disediakan. Pengelola tidak memperbolehkan pegunjung membawa  makanan ke lokasi air terjun.

Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga kebersihan air terjun Oi Marai serta menjaga dan melindungi hutan yang ada di sepanjang Air Terjun Oi Marai. Tempat sampah telah disediakan di dekat stan pembelian karcis, sehingga pengunjung tidak membuang sampah sembarangan.

Mari memulai langkah kecil dengan tidak membuang sampah sembarangan di tempat wisata agar kebersihan dan kealamiannya tetap terjaga.

Setelah dari tempat pembelian karcis, kita masih perlu berjalan kaki kurang lebih 15 menit. Jadi kuat-kuatin kaki ya.

Tenang, medan jalan sudah sangat tertata rapi, pembatas jalan yang terbuat dari kayu tampak kokoh disepanjang jalan menuju air terjun.

Tangga yang perlu didaki pun dalam kondisi yang sangat baik di tengah rimbunnya pepohonan.

Beberapa pengunjung terlihat sedang berfoto bersama saat rombongan kami tiba.

Perjalanan yang melelahkan seperti terbayar tuntas menyaksikan derasnya debit air terjun Oi Marai yang jatuh dari ketinggian kurang lebih 15 meter.

Air Terjun Oi Marai yang mengalir deras
Rombongan yang sedang menikmati aliran air Air Terjun Oi Marai Tambora

Ketinggian air yang hanya sampai selutut orang dewasa membuat siapa pun bisa menikmatinya. Tapi tentu tetap dalam pengawasan orang dewasa untuk anak-anak.

Anggota rombongan sudah berganti baju dan bersiap menceburkan diri menyatu bersama aliran air terjun tambora.

Semua tampak gembira. Beberapa pengunjung fokus mencari spot foto yang bagus, meloncati beberapa batu dan menetapkan sudut foto mana yang paling baik.

Beberapa lagi duduk di aliran air yang lebih pendek, menikmati sensasi pijatan air yang mengalir.

Saya duduk mengamati tersenyum bahagia menikmati semuanya. Menikmati betapa kayanya alam Indonesia yang salah satunya terletak di kaki gunung tambora ini.

Tetap jaga kesehatan dimana pun kalian berada, semoga corona bisa cepat berlalu. Sehingga kita semua bisa kembali bebas mengunjungi tempat yang kita ingini tanpa perlu khawatir adanya pembatasan di beberapa daerah.

 

Referensi

Wibisono, Sonny C. 2017. Bencana dan Peradaban Tambora 1815. Jakarta : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Hidayatullah, M.  2016. Potensi Savana Di Kawasan Gunung Tambora Pulau Sumbawa-Provinsi Nusa Tenggara BaratKupang : Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kupang


biologi.lipi.go.id.  2017. Ekspedisi Tambora. Diakses pada 16 Agustus 2021 dari http://www.biologi.lipi.go.id/zoologi/index.php/article-categories/157-ekspedisi-tambora.


Santika, Yessi dan Arief Hidayat. 2017. Keanekaragaman tumbuhan tinggi dan paku-pakuan di Gunung Tambora, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat: 200 Tahun Setelah Letusan  dan Potensinya. Jakarta-Bogor : Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

 


You May Also Like

1 comments