Pantai Lariti : Laut Terbelah Versi Masa Kini

by - Mei 21, 2021

Pantai Lariti Sape


Pantai Lariti terletak di Desa Soro, Kecamatan Lambu Sape. Dapat ditempuh dengan lama perjalanan kurang lebih 3 jam dari pusat kota Bima. Dengan medan jalan yang meliuk-meliuk seperti ular. Abis ketemu liuk, liuk lagi. Jadi pastikan yang membawa kendaraan adalah yang expert . Gue pribadi ampe pusing liat jalanannya. Tapi untuk kondisi jalan, tenang saja, mulus kok.

Pantai Lariti merupakan salah satu top list  wisata akhir pekan, baik bagi warga kota maupun kabupaten Bima.

Gue rasa, siapa pun yang berkunjung ke Lariti, yang paling di incar adalah terbelahnya laut Lariti dan terbentuknya  jalan yang menghubungkan Lariti dengan pulau kecil di seberangnya.

Kalau kamu pernah dengar kisah terbelahnya lautan di kisah Nabi Musa a.s, nah Pantai Lariti ini versi masa kininya. Cuma nggak perlu pake mukulin tongkat ke tanah dan nggak ada tentara Firaun yang ngejar-ngejar. Yang kamu perluin, cukup punya kesabaran tingkat tinggi buat nungguin alam membuka dirinya kepadamu. Simplenya, sabar nungguin lautannya surut.

Nah, jam-jam berapa sajakah itu? Dari hasil nanya-nanya, ada yang bilang datanglah di pagi hari, maskimal jam 7 pagi atau datanglah di jam 5 atau 6 sore. Tapi beberapa teman yang sudah berkunjung katanya sih jam 3-an sudah surut. Sementara sewaktu gue berkunjung, jam 3 sore lariti masih belum surut. Jadi tergantung keberuntungan masing-masing. Dan jangan lupakan gaya gravitasi bulan.

Sebagai seorang newbie dalam hal mengenal Lariti dan sedang tidak beruntung. Jadilah laut terbelahnya tidak gue saksikan.

Tapi apakah gue kecewa? Tentu saja tidak. Banyak hal yang masih bisa dinikmati dari Lariti. Contohnya banyak spot intragramable yang kalau di foto bisa nambah like.


Pantai Lariti Sape

Buat gue pribadi, Lariti sangat ramah buat manusia yang suka main air tapi nggak bisa berenang seperti gue ini. Kenapa? Karena walaupun lairitinya belum terbelah, jalan di bawah lautnya bakal bisa dijadikan pijakan buat menyebrang ke pulau sebelahnya.

Jadi sebenarnya, tanpa nungguin laritinya surut pun kita sudah bisa nyebrang.

Kalau mau lebih aman main airnya, bisa sewa ban, cukup dengan harga 10.000 rupiah.

Ngambang di tengah laut sambil nikmatin langit biru, ngupingin bapak-bapak yang lagi ngasih wejangan ke anaknya, atau ngeliatin pasangan yang lagi kasmaran. Ah, betapa nikmatnya liburan kali ini.

Oh ya, Lariti sendiri termasuk pantai yang berpasir halus, jadi nggak usah takut kaki bakal tertusuk karang ketika main air.


Nah, dari segi fasilitas, Lariti termasuk tempat wisata yang punya fasilitas yang cukup baik. Ada WC, ruang ganti, tempat makan, warung, gazebo, dan mushola.

Cuma ya gitu, kalau di tempat wisata jarang nemuin ruang ganti yang airnya cukup buat bilas dan WC yang cukup bersih. Jadi tidak usah berekspektasi terlalu tinggi.

Gazebo yang ada di lariti, berjumlah cukup banyak. Berderet dari ujung ke ujung.


Kalau lagi nggak mau di gazebo, bisa duduk di kursi yang ada di pinggir pantai. Tapi kalau lagi kehabisan tempat, tinggal gelar tikar aja. Heheh.

Warung yang sediain makanan juga banyak, mau ikan bakar juga ada, mau indomie ada, mau kopi panas ada. Tapi makanan yang selalu jadi pilihan gue pribadi kalau ke tempat wisata, kalau nggak indomie, ya pop mie.

Biasanya pengunjung yang datang ke Lariti, membawa serta keluarga besar yang jumlahnya rata-rata lebih dari lima orang. Jadi biasanya kalau lagi musim libur bakal rame banget.

Dan kalau kamu datangnya cuma berdua aja, seperti diriku ini. Jangan ngerasa kesepian di tengah keramaian ya. Heheh.

Yang penting teman jalanmu nyambung dengan dirimu dan kamu nyaman dengannya. Gue rasa itu saja sudah cukup.


Oh ya, kalau kamu bosan nungguin Lariti terbelah, biar gue kasih saran.

Kalau kamu perhatiin, biasa bakal ada kapal yang ngangkutin pengunjung ke pulau-pulau sekitar lariti. Kamu bisa ikut menjelajah, dengan cukup sewa 20.000 per orang, itu sudah termasuk ongkos pulang pergi, jadi menurut gue murah.

Izinkan gue berkisah sedikit, sebenarnya awalnya ngikut-ngikut aja. Lihat perahu berhenti dan liat ada rombongan naik, ikutan naik. Tanpa tahu sebenarnya tujuannya ke mana. Tanpa ekspektasi apa pun. Pokoknya chill aja lah.

Dan ternyata, tujuannya adalah Pulau Bidadari, yang menurut gue lebih privat dan orang yang kesini lebih sedikit.

Gue bakal bilang, gue lebih jatuh cinta sama Pulau Bidadari di banding Lariti.


Walau pulaunya nggak terlalu luas dan cenderung kecil, tapi pasirnya lebih putih dan airnya lebih jernih. Mirip foto pantai yang banyak beredar di google dan akhirnya bisa gue temukan nyatanya. Ya seperti pulau bidadari ini.

Back to lariti. Sejujurnya dalam pikiran, gue memetakan jalan ke lariti seperti dora lagi bacain petanya. Apakah kamu melihat bukit?

Gue meringkasnya menjadi lewati perkampungan – lewati bukit – ketemu hutan mangrove – pantai lariti.

Oh ya, sebelum ke lariti, coba nyempatin foto di 0 km Sape. Yang letaknya tidak jauh dari pelabuhan. Gue pribadi, baru tahu kalau sape punya 0 km.


Tugu 0 km ini biasa jadi persinggahan komunitas touring. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya jejak stiker yang di tempelkan di papan samping kiri kanan tugu.

Waktu itu sih pengen ikut ninggalin jejak tapi lupa bawa alat tulis. Jadi ya udah, cukup foto-foto saja.

Akhir kata, selamat berakhir pekan. Buat yang udah balik kerja sementara yang lain masih liburan. Tetap semangat ^^.

                                        

.

You May Also Like

4 comments

  1. Weh, silahkan datang lagi ke lariti kak semoga senang, salam kenal saya kebetulan orang di sana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam kenal juga kak nurul, terima kasih sudah mampir membaca.

      Hapus
  2. wish list pengen explore daerah Bima dan sekitarnya, sukak liat pantai dengan warna laut biru cantik kayak gitu

    BalasHapus
  3. Saya pernah ke pantai lariti , salam dari Jawa tengah

    BalasHapus