Tentang Si Teman Cerita

by - Juni 26, 2021

Ed Sheeran and Taylor Swift (Photo Source: Twitter)

Sahabat, kayaknya jadi salah satu tipe manusia yang paling dicari selain jodoh. Saya pribadi sangat-sangat iri dengan orang yang bisa sahabatan dari kecil dan tetap awet hingga kini.

Meski dalam perjalanannya, suatu hubungan nggak lepas dari konflik. Entah salah paham, prinsip yang tak lagi sama, jatuh cinta ke orang yang sama, atau konflik lainnya.

Ada yang akhirnya baikan dan masih sahabatan sampai sekarang. Ada yang akhirnya milih buat pisah dan menjalani hidup masing-masing.

Apapun keputusannya, tiap orang punya pertimbangannya sendiri.

Si Teman Cerita Bernama Rino

Foto oleh Keira Burton dari Pexels

Saya pribadi punya satu orang sahabat. Tapi dibanding menyebutnya sebagai sahabat, saya lebih suka menyebutnya sebagai teman cerita.

Mari kita sebut saja dia sebagai Rino.

Berzodiak Taurus, punya pandangan yang beda tapi nggak bikin berantem, cenderung santai dan bodo amat, dan yang terpenting, Rino adalah pendengar yang baik.

Jika biasanya disetiap obrolan, saya selalu jadi pendengar, bersama Rino justru saya yang lebih banyak bercerita. Hanya di Rino saya berani bercerita apa pun yang terlintas dipikiran, bertanya soal pertanyaan bodoh dan tidak berkelas, tapi tetap didengarkan sepenuh hati tanpa dikata-katain dan di judge ini itu.

Walau menurut Rino sendiri, segala saran dan jawabannya kebanyakan omong kosong. Namun, siapa sangka, justru kata-kata omong kosongnya itu sangat berarti untuk seorang Felicia Latinka. Saya bisa mengisi kekosongan pertemanan dan dengan bangga menyebutnya sebagai teman cerita.

Dipertemukan Saat Keadaan Sedang Tidak Baik-baik Saja

Kami dipertemukan saat keadaan kami sedang tidak baik-baik saja. Sama-sama kesepian di tanah rantau. Tak punya teman untuk bertukar cerita yang malah menyatukan kami.

Ingat banget, dulu, Rino jadinya satu-satunya pengantar ketika saya akhirnya mengundurkan diri dan memilih pulang. Rino menjadi orang yang mendukung penuh keputusan saya saat itu. Dalam bis saya menangis, sedih karena nggak bisa ketemu lagi, sedih karena merasa jadi manusia gagal.

Saya lupa, kapan tepatnya, Rino akhirnya juga kembali pulang ke Jawa Timur.

Kabar Bahagia dari Rino

Foto oleh Jonathan Borba dari Pexels

Dulu saya pikir, saya bakal jadi orang pertama yang menjejakan kaki di pelaminan sebelum Rino. Nyatanya, saya harus berlapang dada dan melihat Rino berbahagia lebih dahulu.

Tapi gimana mau nikah? Calon saja belum punya. Jangan dulu bicarain calon deh, keinginan buat menikah saja belum ada.

Ngomongin soal nikah, saya justru dulu punya impian untuk menikah muda. Dulu kayaknya pengen banget nikah sehabis SMA. Tapi kalau saya pikir-pikir lagi, kayaknya keinginan itu terlintas hanya sebagai jalan pintas untuk keluar dari kerasnya didikan orang tua.

Sekarang kalau ngelihat orang menikah, rasanya bakal mikir seribu kali dan bilang, “aku jangan dulu deh, kamu aja dulu”.

Jadi meski sebenarnya ada rasa sedih waktu dengar kabar pernikahan Rino, saya akhirnya menurunkan ego dan mengucapkan selamat berbahagia kepada Rino. 

Bersiap untuk Perubahan

Foto oleh cottonbro dari Pexels

Setelah Rino menikah, tentunya akan ada banyak hal yang berubah.

Rino tentu tidak akan punya waktu luang seperti sebelumnya. Saya tentu sudah tidak bisa lagi menganggunya untuk mendengarkan cerita saya yang kebanyakan tidak penting.

Prioritas Rino berubah. Sudah ada wanita yang harus dibahagiakannya. Sudah ada wanita yang menjadi tanggung jawabnya.

Mungkin sekarang, rasa malu dan sungkan saya akan lebih besar.

Jalan satu-satunya adalah kembali mencoba membuka diri. Meski nyari teman cerita nggak semudah membalikan telapak tangan.

Ya, yang penting usaha, hasil akhirnya hanya Tuhan yang tahu.

Buat kalian yang akan segera menikah, saya ucapkan selamat berbahagia. Buat yang masih nyaman sendiri selamat menikmati waktumu, semoga menjadi manusia yang lebih baik lagi. Amin.

 

You May Also Like

0 comments