• Home
  • About
  • Travelling
  • Review
  • Random
  • Contact
facebook twitter instagram pinterest Email

Felicia Latinka

 

Ilustrasi First date Photo by cottonbro from Pexels

Kayaknya enak banget yah kalau pencarian cinta itu berjalan mulus adanya. Ngedate petama kali, nyambung, trus jalan bareng, trus nikah.

Tapi sayang, makin lama itu terasa seperti khayalan semata. Lebih terdengar seperti omong kosong.

Karena emang nyatanya nyari pasangan nggak semudah membalik telapak tangan.

Apalagi di usia 20-an, ada banyak ego dan harga diri yang dipertimbangkan. Ada banyak pihak yang merasa perlu untuk didengar segala sarannya. Seolah suaramu sendiri menjadi tidak berharga.

Tapi kayaknya yang paling menonjol dalam pencarian pasangan di usia 20-an tak lagi melulu soal cinta. Kenyamanan, itu satu aspek yang paling banyak disebut oleh teman sepantaran yang coba gue tanyakan perihal pencarian cintanya.

Cintamu tak bisa kau tebak akan berlabuh pada siapa, tapi gue yakin, kamu akan selalu tahu nyamanmu pada siapa.

First Date di Akhir September

Gue jadi keingat first date di akhir September lalu.

Gue sepertinya sudah mengirim sinyal yang memperlihatkan bahwa gue sebenarnya tertarik. Sampai akhirnya bisa ngobrol di chat. Itu rasanya senang banget.

Lalu, ajakan jalan bareng, akhirnya datang juga.

Tapi gue rasa ini tidak berakhir baik buat gue pribadi. Entah bagaimana menurutnya.

Sepulang jalan, gue malah menghabiskan waktu untuk duduk memandangi langit tanpa bintang malam itu.

Ekspektasi gue yang terlalu tinggi, membuat gue sakit hati sendiri.

Ngerasa gagal untuk sesuatu yang bahkan dimulai pun belum.

Biar gue jelaskan mengapa itu termasuk first date yang gagal menurut gue.

Tidak Ada Pertanyaan Mengenai Diri Gue

Sebenarnya hal ini sudah gue sadari sedari ngobrol di chat. Tapi waktu itu mikirnya “ah, mungkin kalau ngobrol langsung bisa aja beda”.

Nyatanya, tidak. Sama saja.

Selama ketemu, gue jadi yang paling aktif bertanya. Tiap kali jawabannya selesai, gue akan bertanya soal pertanyaan baru. Berusaha supaya obrolan bisa tetap mengalir. Sampai akhirnya gue nyerah dan lebih milih menghabiskan es jeruk yang ada di depan gue.

Tapi selama obrolan itu, tidak ada satu pun pertanyaan soal diri gue. Pertanyaan yang gue lontarkan tak pernah ditanyakan balik.

Tentu saja gue jadi berpikiran bahwa dirinya tak penasaran. Tak ingin tahu apa pun soal gue. Yang membuat gue berkesimpulan bahwa gue tidak cukup menarik untuk dirinya.

And, That’s Okay.

Jeda Diam yang Sedingin Kutub Es

Biasanya kalau pertemuan pertama, nervous atau gugup itu pasti ada. Yang kadang nyebapin kita ngelakuin hal yang malu-maluin.

Seperti nggak sengaja ngesenggol minuman, niat nyendok makanan tapi pas di mulut ternyata makanannya malah jatuh, atau mau ngambil tisu tapi baju malah kena saos, dan hal-hal lainnya.

Selain itu, terkadang saking gugupnya jadinya malah diam-diaman. Karena nggak tahu mau ngobrol apa.

Tapi biasanya habis jeda diam, biasanya obrolannya bakal kembali ngalir lagi. Ini berlaku buat yang nyambung.

Kalau nggak nyambung, biasa jedanya bakal makin lama. Misalnya, diobrolan pertama, jedanya cuma 1 menit sebelum akhirnya ada obrolan lagi. Lalu di jeda selanjutnya menjadi lima menit, lalu selanjutnya menjadi lebih panjang.

Kalau sudah begitu, bukankah itu sudah menjadi indikasi bahwa dua insan itu tidak nyambung?

Gue pribadi bakal langsung mikir “harusnya tadi di rumah aja’.

Ponsel yang Lebih Menarik Dibanding Temang Ngobrol

Gue pribadi sebisa mungkin kalau lagi ngobrol ama orang, ngeliat matanya. Hal kecil yang gue lakuin untuk menghargai lawan bicara gue.

Tapi kalau orangnya udah mulai main hp dan asik sendiri. Sepertinya itu jadi pertanda paling nyata, bahwa obrolan tak perlu dilanjutkan lagi.

Gue sudah kalah telak. Hp lebih menarik dibanding gue, lawan ngobrolnya.

Ya mungkin dia juga bosan, tak ada topik pembicaraan yang sedari tadi cukup menarik minatnya. Sehingga tentu saja HP menjadi pelarian.

Gue pun lebih memilih menikmati kendaraan yang berlalu lalang dijalanan. Yang sialnya malam itu, tak banyak yang lewat.

Dinding Penghalang yang Terlalu Tinggi

Hal yang gue sadari selama mengobrol adalah betapa tidak mudah dirinya membuka diri.

Caranya memotretkan diri, terasa agak susah buat gue menerima. Yang jatuhnya malah terlalu misterius. Dan rasa penasaran gue tidak cukup kuat untuk  membuat gue berusaha lebih keras lagi.

Sehingga membuat gue mengambil kesimpulan “ini mah, nggak bakal cocok”.

Biarlah ini menjadi warna warni hidup gue.

 

Nah, Bagaimana? Dengan membaca beberapa poin di atas, apakah kamu jadi keingat first date mu yang gagal juga? Kalau kamu punya, boleh komen di kolom komentar, siapa tahu, ceritamu lebih seru.

 

 

 

 

 

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

 


Hai. Saya Felicia Latinka. Bisa disapa dengan Feli. Lahir dan besar di kota kecil bernama Bima. Pernah merantau lalu akhirnya kembali pulang. Suka baca dan nonton drama korea. Kalau ada waktu luang suka jalan sendirian.

Follow Us

  • facebook
  • twitter
  • instagram

recent posts

Postingan Populer

  • Pantai Lariti : Laut Terbelah Versi Masa Kini
    Pantai Lariti : Laut Terbelah Versi Masa Kini
  • Menikmati Air Terjun Oi Marai Di Kaki Gunung Tambora
    Menikmati Air Terjun Oi Marai Di Kaki Gunung Tambora
  • Maret : Bulan Refleksi Diri dan Susahnya Mencari Teman
    Maret : Bulan Refleksi Diri dan Susahnya Mencari Teman
  • Pantai Sekoci Kolo dan Cara Sederhana Menikmatinya
    Pantai Sekoci Kolo dan Cara Sederhana Menikmatinya
  • Tentang Si Teman Cerita
    Tentang Si Teman Cerita
  • First Date Di Akhir September Yang Berakhir Gagal Dan Beberapa Alasannya
    First Date Di Akhir September Yang Berakhir Gagal Dan Beberapa Alasannya
  • Me Time Sederhana di Jalanan Sambinae
    Me Time Sederhana di Jalanan Sambinae
  • Awal Mula Perjalanan
    Awal Mula Perjalanan
  • Menikmati Dua Sisi Bima dari Puncak Jatiwangi
    Menikmati Dua Sisi Bima dari Puncak Jatiwangi

Part of

Blogger Perempuan

Categories

  • About
  • BPN 30 Day Ramadan Blog Challenge 2022
  • Home
  • Random
  • Travelling

Blog Archive

  • April 2022 (1)
  • Oktober 2021 (1)
  • Agustus 2021 (2)
  • Juli 2021 (2)
  • Juni 2021 (1)
  • Mei 2021 (1)
  • April 2021 (1)
  • Februari 2021 (1)
  • Januari 2021 (1)
  • Desember 2020 (1)
  • November 2020 (4)
  • Oktober 2020 (1)
  • September 2020 (1)
Diberdayakan oleh Blogger.

Created with by ThemeXpose